1/20/2025

Kisah Singkat Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Mula-mula R
asulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama  didatangi oleh Malaikat Jibril, Mikail, dan  satu malaikat yang tidak diketahui namanya. Ada yang mengatakan bahwa malaikat itu adalah Malaikat Ismail, penjaga langit dunia. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Malaikat Isrofil. Rasulullah ditemui mereka saat beliau di dekat tembok Ka’bah, atau di sya’ab Abi Tholib, atau di rumah Ummu Hanik, menurut    beberapa    riwayat.    Dari banyak riwayat tersebut dapat digabungkan bahwa Mereka menemui Rasulullah saat beliau di rumah milik Ummu Hanik yang dekat dengan sya’ab Abu Tholib. Rumah Ummu Hanik disandarkan kepada Rasulullah adalah karena  saat itu  beliau  menempatinya.

Kemudian Malaikat mengeluarkan Rasulullah dari rumah tersebut dan membawanya ke Masjidil Haram. Kemudian Malaikat menidur miringkan beliau di dekat tembok Ka’bah karena masih ada  rasa  kantuk  yang beliau rasakan. Setelah beliau sadar penuh, Malaikat memegangnya    dan mengeluarkannya dari masjid. Kemudian beliau di belah dadanya dan dibasuh bersihkan hatinya. Kemudian beliau dinaikkan di atas burok  dan berjalan hingga sampai di Baitul Muqoddas. Banyak peristiwa-peristiwa yang ajaib dan aneh di tengah-tengah perjalanan.

 

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Jibril naik burok bersama Rasulullah. Kemudian mereka melewati Madinah. Mereka berhenti dan Rasulullah diperintahkan untuk turun dan melakukan sholat [dua rakaat]. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lagi hingga melewati Madyan dan Rasulullah diperintahkan lagi untuk turun dan sholat disana. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lagi hingga melewati tanah Baitul Lahm, yaitu wilayah dimana Nabi Isa dilahirkan dan Rasulullah diperintahkan untuk turun dan sholat disana. Ketika Rasulullah telah sampai di Baitul Muqoddas maka beliau masuk ke dalam masjid lewat pintu syarofi. Kemudian Rasulullah dan juga Jibril melakukan sholat tahiyyatul masjid dua rakaat.

 

Selesai sholat, tidak lama kemudian Rasulullah melihat masjid penuh dengan para manusia yang terdiri dari golongan para nabi, rasul, malaikat, manusia, jin. Para nabi dan rasul hadir dengan keadaan berbentuk jasad dan berbentuk ruh karena ruh mereka adalah hidup saat dikuburan, juga berpuasa, sholat, berhaji. [Sebagian ulama mengatakan bahwa ruh-ruh para nabi dan rasul juga menikah.] Dikumpulkannya mereka semua merupakan satu bentuk kemuliaan untuk Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Rasulullah pun mengetahui para nabi yang tengah berdiri, rukuk, dan sujud. Setelah itu, Jibril adzan dan iqomat. Ketika mereka semua mendengar maka mereka pun berdiri dengan membentuk shof sambil menunggu  siapa  yang  akan mengimami.   

 

Kemudian    Jibril memegang tangan Rasulullah dan mengajaknya maju ke tempat imaman (mihrob). Kemudian Rasulullah melaksanakan sholat dua rakaat mengimami mereka. Para rasul terdiri dari 3 shof. Para nabi terdiri dari 4 shof. Para malaikat, manusia, dan jin terdiri dari banyak shof yang tidak terhitung. Allah meluaskan Masjidil Aqsho sebagai bentuk memuliakan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Masjidil Aqsho sangat luas hingga biasanya satu shof saja tidak penuh, baik saat sholat Jumat, Id, dan lainnya karena Masjid tersebut adalah yang paling besar.

 

Ada yang mengatakan bahwa para rasul dan nabi hadir dalam bentuk ruh- ruh mereka saja. Kemudian ruh-ruh mereka menjelma menjadi jasad-jasad mereka. Ada yang mengatakan bahwa hijab telah dihilangkan oleh Allah dari Rasulullah dan para rasul dan nabi di dalam kuburan mereka sehingga Rasulullah sholat bersama mereka di masjid sedangkan mereka sendiri tetap berada di kuburan.

 

Setelah selesai mengimami mereka maka Jibril menegakkan tangga yang akan dapat dilihat oleh setiap makhluk yang ruhnya akan keluar. Tangga tersebut ditegakkan dan para ruh mukminin dari anak cucu Adam menaikinya.    Tangga    tersebut dikhususkan untuk Rasulullah dan untuk para ruh mukminin pada umumnya karena untuk tujuan memuliakan dan mengagungkan meskipun sebenarnya memungkinkan bagi Rasulullah naik tanpa melewati tangga tersebut. Puncak tangga mencapi atas langit-langit dan dasarnya di atas batu besar karena batu besar itu adalah benda yang paling istimewa di Masjidil Aqsho. Batu besar itu berasal dari surga. Semua makhluk tidak melihat satu pun yang lebih tampan daripada Rasulullah.

 

Apabila ada tangga yang memiliki tingkatan-tingkatan (Jawa; Undak- undakan) yang banyak maka disebut dengan istilah mikroj. Tingkatan- tingkatan tangga itu berbeda-beda jenisnya karena ada tingkatan yang terbuat dari emas, lalu tingkatan atasnya terbuat dari perak, dan seterusnya. Salah satu sisi tangga tersebut (Jawa: Cagak) terbuat dari intan yaqut merah sedangkan sisi yang satunya terbuat dari intan zamrud hijau. Tangga itu berasal dari surga Firdaus dan dihiasi dengan intan luk-luk dan lainnya, yaitu perhiasan- perhiasan surga.

 

Rasulullah naik atau mikroj ke langit dengan dikawal dua malaikat yang masing-masing berada  di  sebelah kanan dan kirinya untuk tujuan memuliakan dan mengagungkan tamu Allah Yang Maha Merajai dan Agung. Setiap tingkatan tangga memiliki ketinggian sejauh perjalanan  500 tahun, yaitu sekitar ukuran jarak antara langit dan bumi. Jumlah tingkatan tangga yang akan Rasulullah naiki adalah 10 tingkatan sehingga nantinya beliau akan naik sebanyak 10 kali.

 

Kemudian Rasulullah dan Jibril menaiki tangga pertama hingga sampai di langit dunia. Lalu pintu langit dunia terbuka. Di langit dunia pertama ini, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Adam, sungai Nil, dan sungai Faroot.

 

Kemudian Rasulullah dan Jibril menaiki tangga kedua hingga sampai  di  langit kedua. Lalu pintu langit terbuka. Di langit kedua ini, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Yahya dan Isa. Hikmah mengapa ada dua Nabi di satu langit [langit kedua] padahal di langit-langit lain hanya satu nabi adalah agar langit tidak kosong dari satu nabi karena kelak Nabi Isa akan turun ke bumi di akhir zaman sehingga yang masih ada  di langit kedua  tersebut adalah Nabi Yahya.

 

Di langit ketiga, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Yusuf ‘alaihi as-salaam. 

Di langit keempat, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Idris.

Di langit kelima, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Harun.

Di langit keenam, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Musa.

Di langit ketujuh, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat  Nabi Ibrahim.

 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi Idris berada di langit kedua. Nabi Harun berada di langit keempat. Nabi Ibrahim berada di langit keenam. Dan Nabi Musa berada di langit ketujuh. Dari dua riwayat, yaitu riwayat pertama dan yang terakhir ini adalah bahwa yang paling  shohih adalah riwayat yang pertama. Atau dua riwayat tersebut dapat digabungkan sehingga kesimpulannya adalah bahwa pertama Rasulullah naik dengan melihat para nabi berada di langit- langit [yang seperti riwayat pertama atau kedua], kemudian ketika beliau turun maka beliau melihat mereka berada di langit-langit yang berbeda [yang seperti riwayat pertama atau kedua].

 

Hikmah mengapa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama hanya melihat nabi-nabi tertentu yang telah disebutkan di atas adalah karena untuk memberikan isyarat atau petunjuk bahwa pengalaman yang Rasulullah alami dalam malam isrok dan mikroj adalah seperti masing-masing pengalaman yang mereka alami, seperti pengalaman keluarnya Rasulullah dari Mekah adalah sendirian dan akan kembali ke sana bersama bala tentara yang banyak sebagaimana pengalaman ini dialami juga oleh Nabi Adam, yaitu ia keluar dari surga dengan keadaan sendiri dan nanti akan kembali ke sana dengan bala tentara banyak yang tidak terhitung, dan seperti pengalaman Rasulullah dimusuhi oleh keluarganya di awal permulaan Islam sebagaimana pengalaman ini juga dialami Nabi Isa dan Yahya yang dimusuhi oleh kaum Yahudi, kemudian keluarga Rasulullah berbalik mencintai beliau sebagaimana kaum Yahudi berbalik mencintai Nabi Harun, dan seperti pengalaman Rasulullah menangani persoalan kaumnya sebagaimana pengalaman Nabi Musa yang juga menangani persoalan kaumnya, dan seperti pengalaman    Rasulullah    yang menguasai Mekah dan Ka’bah sebagaimana pengalaman ini juga dialami oleh Nabi Ibrahim.

 

Setelah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama [dan Jibril] melewati langit ketujuh maka dibukakan baginya sidrotul    muntaha    sehingga    beliau melihatnya. 

 

Menurut riwayat di atas, sidrotul muntaha berada di langit ketujuh. Ada yang mengatakan ia berada di langit keenam.

Rasulullah melihat sungai Nil, Farot, Saihan, dan Jaihan. Kemudian Rasulullah melewati sidrotul muntaha dan sampai ke mustawa. Disana beliau mendengar suara pena. Beliau mendengar suara gesekan pena dengan kedua telinganya tetapi tidak ada yang mengetahui kaifiah atau keadaan pena dan bagaimana cara ia menulis kecuali hanya Allah. Kemudian Jibril  berhenti dan tidak ikut mengantar Rasulullah. Kemudian Rasulullah masuk terliputi di dalam cahaya. Setelah itu beliau membuka 70.000 tabir cahaya yang masing-masing tabir itu berjarak sejauh perjalanan 500 tahun.

 

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa ketika Jibril berhenti dan tidak ikut mengantar, Rasulullah bertanya, “Mengapa kamu tidak mengantarkanku ke   tempat   itu   (sidrotul   muntaha)?

 

Apakah    kekasih    (Jibril)    akan meninggalkan        kekasihnya (Rasulullah)?” Jibril menjawab, “Sampai sinilah aku bisa mengantarmu. Andaikan aku melewati tempat itu maka cahayanya akan membakarku.” Rasulullah berkata, “Apakah kamu punya permintaan kepada Allah?” Jibril menjawab, “Mintalah kepada Allah agar mengizinkan    aku    untuk membentangkan sayapku di atas shirot demi umatmu agar mereka dapat melewatinya!” Kemudian ketika Rasulullah     shollallahu     ‘alaihi      wa sallama telah berada di maqom khitob (tingkatan Rasulullah berdialog dengan Allah) maka Allah bertanya kepadanya, “Apa yang dinginkan Jibril? Hai Muhammad!” Rasulullah menjawab, “Engkau adalah Dzat yang lebih tahu.” Allah berkata, “Sesungguhnya Aku telah mengabulkan   keinginan   Jibril,   orang yang kamu cintai, dan para sahabatmu.”

 

Setelah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama membuka tabir cahaya maka dibentangkan permadani hijau. Kemudian Rasulullah naik hingga sampai ke tempat yang berada di bawah Arsy. Di maqom ini, Rasulullah melihat Allah dengan bentuk melihat yang berhak dan patut bagi Allah Yang Maha Suci [dari menyamai para makhluk]. Rasulullah melihat Allah dengan kedua matanya yang telah diberi kekuatan oleh Allah.

 

Pendapat yang ashoh mengatakan bahwa Rasulullah melihat Allah dengan kedua mata kepalanya secara langsung. Pendapat ini diunggulkan  oleh para pembesar ulama.

 

Ada yang mengatakan bahwa Rasulullah melihat dengan kedua mata hatinya saja, maksudnya Allah telah menciptakan dua mata di dalam hati Rasulullah seperti dua mata yang ada dikepalanya. Lalu dengan dua mata hati itu, Rasulullah dapat melihat Allah tanpa terhalang oleh tubuh dan pakaian. Berdasarkan pendapat ini, maka yang dimaksud melihat dengan hati bukanlah hudhur atau syuhud (terbukanya hati dari tabir-tabir hingga dapat melihat malukut as-samaawaat) dan bukan fokus hati jauh dari selain Allah, karena keadaan hudhur dan syuhud sudah pasti dimiliki Rasulullah, bahkan sebagian para wali juga memilikinya. Aisyah dan Ibnu Mas’ud membantah kalau Rasulullah melihat Allah dengan mata kepadalnya sampai Aisyah berkata, “Barang siapa menganggap kalau Muhammad telah melihat Tuhannya maka sesungguhnya ia telah berbohong.” Aisyah berkata kepada orang yang bertanya kepadanya tentang Rasulullah melihat Tuhannya dengan    penglihatan    mata, “Sesungguhnya bulu tubuhku berdiri sebab kaget karena mendengar perkataan (pertanyaan) yang tidak semestinya.dikatakan.” 

 

Pendapat mauquf (tidak terjawab) mengenai penglihatan Rasulullah kepada Allah telah diunggulkan. Pendapat ini dinisbatkan kepada segolongan ulama muhakikin.

 

Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama jatuh bersujud dengan    sujud    penghormatan, memuliakan, dan bersyukur atas kenikmatan dipanggil oleh Allah secara langsung. Sujud yang dilakukan Rasulullah adalah sujud yang tidak membutuhkan niat dan salam. Dalam sujud, Rasulullah saling berdialog dengan Allah. Rasulullah berkata, “Saya sambut panggilan-Mu!  Ya Tuhanku!” Allah berkata, “Mintalah kepada-Ku niscaya Aku akan memberimu.” Rasulullah berkata, “Sesungguhnya Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai al-kholil, dan Engkau telah berfirman kepada Musa, dan Engkau telah memberi Daud istana kerajaan yang besar, kemampuan meluluhkan besi dengan izin-Mu, dan menjadikan gunung-gunung bersujud kepadanya, dan Engkau telah memberi Sulaiman istana kerajaan yang besar, menjadikan para manusia, jin, dan setan tunduk kepadanya,    menjadikan    angin mematuhinya, dan memberikan kekuasaan yang tidak diperoleh oleh makhluk setelahnya, dan Engkau telah bawaan lahir, dan yang berpenyakit lepra, mampu menghidupkan orang- orang mati dengan izin-Mu, dan telah melindunginya dan ibunya dari setan yang terkutuk sehingga tidak ada bagi setan kesempatan untuk menggoda mereka.”

 

Allah subhaanahu wa ta’aala berkata, “Sesungguhnya aku telah menjadikanmu kekasih (habib). Aku telah mengutusmu kepada seluruh makhluk sebagai pemberi kabar gembira berupa pahala dan kabar menakut-nakuti berupa siksaan. Aku telah melapangkan hatimu. Aku telah mengampuni dosamu. Aku telah mengangkat sebutan namamu [maskudnya Aku tidak akan menyebutkan Nama-Ku kecuali dengan menyertakan  sebutan  namamu].  Aku telah menjadikan umatmu sebagai yang terbaik. Aku telah menjadikan umatmu sebagai umat yang pertama kali saat dibangkitkan dari kubur, penghitungan amal, melewati jembatan atau sirot, dan masuk ke dalam surga. Aku telah menjadikan umatmu sebagai orang- orang yang terakhir diwujudkan. Aku menjadikan umatmu tidak boleh berkhutbah kecuali  mereka bersaksi bahwa sesungguhnya kamu adalah hamba-Ku dan utusan-Ku. Aku menjadikan sebagian umatmu sebagai orang yang hafal al-Quran di hati mereka. Aku telah menjadikanmu sebagai nabi yang pertama kali diciptakan dan yang paling akhir dibangkitkan. Aku menjadikanmu sebagai orang yang pertama kali memberikan keputusan kepada mereka di Hari Kiamat. Aku memberimu sab’atul matsani (al-Fatihah) yang belum pernah Aku berikan kepada nabi sebelummu. Aku telah memberimu akhir Surat al-Baqoroh yang berasal dari gedung bawah Arsy yang belum pernah Aku berikan kepada nabi sebelummu. Aku telah memberimu telaga Kautsar. Aku telah memberimu 8 (delapan) harta, yaitu Islam, Hijrah, Jihad, Shodaqoh, Sholat, Puasa Ramadhan,   dan   Amar   Ma’ruf   Nahi Munkar. Aku telah menjadikanmu sebagai pembuka segala kebaikan dan penutup para nabi. Aku telah memberikanmu bendera pujian (Liwaul Hambdi) yang mana Adam dan seluruh keturunannya akan berada di bawah benderamu. Sesungguhnya pada hari Aku menciptakan langit-langit dan bumi telah mewajibkanmu dan umatmu melaksanakan sholat 50 kali di setiap hari dan malam. Oleh karena itu kamu    dan    umatmu    harus melaksanakannya.”

 

Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama meminta keringan kepada Allah dengan perintah dari Nabi Musa ‘alaihi as-salam untuk kembali ke maqom munajat atau berdialog dengan Allah setelah Rasulullah kembali ke tempat Nabi Musa berada. Dengan demikan Rasulullah bolak-balik antara tempat Nabi Musa berada dan maqom khitob atau munajat. Setiap kembali ke maqom khitob, Allah mengurangi 5 dari 50 sholatan hingga akhirnya Allah berkata, “Hai Muhammad! Labbaika wa Sa’daika! 5 kali sholat adalah untuk dilakukan di setiap hari dan malam [yang setiap dari 5 sholat akan dilipat gandakan menjadi 10 kali]. Firman-Ku tidak akan pernah tergantikan. Kitab- Ku tidak akan pernah tersalin. Barang siapa menyengaja melakukan kebaikan, kemudian ia belum melakukannya, maka Aku menulis baginya satu kebaikan dan apabila ia melakukannya maka Aku menulis baginya 10 kebaikan. Barang siapa menyengaja melakukan keburukan, kemudian ia belum melakukannya maka Aku tidak akan menulis kesalahan untuknya, kemudian apabila ia melakukannya maka Aku menulis satu kesalahan baginya.”

 

Setelah    itu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama kembali ke tempat dimana  beliau  tidur dan keadaan hangat tempat beliau tidur belum hilang.

 


Sumber : Kitab Nuruzh Zhalam Syarah Aqidatul Awam

Share:

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar

"Jika pertemanan seseorang tidak memberimu manfaat maka jangan mengambil untung dengan memusuhinya". (Imam Syafi'i)

Terjemahkan

Tari Roddat Islami

Kutipan Kitab Kuning

Amalan Khusus