Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Jibril naik burok
bersama Rasulullah. Kemudian mereka melewati Madinah. Mereka berhenti dan
Rasulullah diperintahkan untuk turun dan melakukan sholat [dua rakaat].
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lagi hingga melewati Madyan dan
Rasulullah diperintahkan lagi untuk turun dan sholat disana. Kemudian mereka
melanjutkan perjalanan lagi hingga melewati tanah Baitul Lahm, yaitu wilayah
dimana Nabi Isa dilahirkan dan Rasulullah diperintahkan untuk turun dan sholat
disana. Ketika Rasulullah telah sampai di Baitul Muqoddas maka beliau masuk ke
dalam masjid lewat pintu syarofi. Kemudian Rasulullah dan juga Jibril melakukan
sholat tahiyyatul masjid dua rakaat.
Selesai sholat, tidak lama
kemudian Rasulullah melihat masjid penuh dengan para manusia yang terdiri dari
golongan para nabi, rasul, malaikat, manusia, jin. Para nabi dan rasul hadir
dengan keadaan berbentuk jasad dan berbentuk ruh karena ruh mereka adalah hidup saat dikuburan, juga
berpuasa, sholat, berhaji. [Sebagian ulama mengatakan bahwa ruh-ruh para nabi
dan rasul juga menikah.] Dikumpulkannya mereka semua merupakan satu bentuk
kemuliaan untuk Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Rasulullah pun
mengetahui para nabi yang tengah berdiri, rukuk, dan sujud. Setelah itu, Jibril
adzan dan iqomat. Ketika mereka semua mendengar maka mereka pun berdiri dengan
membentuk shof sambil menunggu siapa yang akan
mengimami.
Kemudian Jibril
memegang tangan Rasulullah dan mengajaknya maju ke tempat imaman (mihrob). Kemudian
Rasulullah melaksanakan sholat dua rakaat mengimami mereka. Para rasul terdiri
dari 3 shof. Para nabi terdiri dari 4 shof. Para malaikat, manusia, dan jin
terdiri dari banyak shof yang tidak terhitung. Allah meluaskan Masjidil Aqsho
sebagai bentuk memuliakan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Masjidil
Aqsho sangat luas hingga biasanya satu shof saja tidak penuh, baik saat sholat
Jumat, Id, dan lainnya karena Masjid tersebut adalah yang paling besar.
Ada yang mengatakan bahwa para
rasul dan nabi hadir dalam bentuk ruh- ruh mereka saja. Kemudian ruh-ruh mereka
menjelma menjadi jasad-jasad mereka. Ada yang mengatakan bahwa hijab telah
dihilangkan oleh Allah dari Rasulullah dan para rasul dan nabi di dalam kuburan
mereka sehingga Rasulullah sholat bersama mereka di masjid sedangkan mereka
sendiri tetap berada di kuburan.
Setelah selesai mengimami mereka
maka Jibril menegakkan tangga yang akan dapat dilihat oleh setiap makhluk yang
ruhnya akan keluar. Tangga tersebut ditegakkan dan para ruh mukminin dari anak
cucu Adam menaikinya. Tangga tersebut
dikhususkan untuk Rasulullah dan untuk para ruh mukminin pada umumnya karena
untuk tujuan memuliakan dan mengagungkan meskipun sebenarnya memungkinkan bagi
Rasulullah naik tanpa melewati tangga tersebut. Puncak tangga mencapi atas
langit-langit dan dasarnya di atas batu besar karena batu besar itu adalah
benda yang paling istimewa di Masjidil Aqsho. Batu besar itu berasal dari
surga. Semua makhluk tidak melihat satu pun yang lebih tampan daripada Rasulullah.
Apabila ada tangga yang memiliki
tingkatan-tingkatan (Jawa; Undak- undakan) yang banyak maka disebut dengan
istilah mikroj. Tingkatan- tingkatan tangga itu berbeda-beda jenisnya karena
ada tingkatan yang terbuat dari emas, lalu tingkatan atasnya terbuat dari
perak, dan seterusnya. Salah satu sisi tangga tersebut (Jawa: Cagak) terbuat
dari intan yaqut merah sedangkan sisi yang satunya terbuat dari intan zamrud
hijau. Tangga itu berasal dari surga Firdaus dan dihiasi dengan intan luk-luk
dan lainnya, yaitu perhiasan- perhiasan surga.
Rasulullah naik atau mikroj ke
langit dengan dikawal dua malaikat yang masing-masing berada di
sebelah kanan dan kirinya untuk tujuan memuliakan dan mengagungkan tamu Allah
Yang Maha Merajai dan Agung. Setiap tingkatan tangga memiliki ketinggian sejauh
perjalanan 500 tahun, yaitu sekitar ukuran jarak antara langit dan bumi.
Jumlah tingkatan tangga yang akan Rasulullah naiki adalah 10 tingkatan sehingga
nantinya beliau akan naik sebanyak 10 kali.
Kemudian Rasulullah dan Jibril
menaiki tangga pertama hingga sampai di langit dunia. Lalu pintu langit dunia
terbuka. Di langit dunia pertama ini, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama
melihat Nabi Adam, sungai Nil, dan sungai Faroot.
Kemudian Rasulullah dan Jibril
menaiki tangga kedua hingga sampai di langit kedua. Lalu pintu
langit terbuka. Di langit kedua ini, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama
melihat Nabi Yahya dan Isa. Hikmah mengapa ada dua Nabi di satu langit [langit
kedua] padahal di langit-langit lain hanya satu nabi adalah agar langit tidak
kosong dari satu nabi karena kelak Nabi Isa akan turun ke bumi di akhir zaman
sehingga yang masih ada di langit kedua tersebut adalah Nabi Yahya.
Di langit ketiga, Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Yusuf ‘alaihi as-salaam.
Di langit keempat, Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Idris.
Di langit kelima, Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Harun.
Di langit keenam, Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Musa.
Di langit ketujuh, Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Nabi Ibrahim.
Dalam riwayat lain disebutkan
bahwa Nabi Idris berada di langit kedua. Nabi Harun berada di langit keempat.
Nabi Ibrahim berada di langit keenam. Dan Nabi Musa berada di langit ketujuh.
Dari dua riwayat, yaitu riwayat pertama dan yang terakhir ini adalah bahwa yang
paling shohih adalah riwayat yang pertama. Atau dua riwayat tersebut
dapat digabungkan sehingga kesimpulannya adalah bahwa pertama Rasulullah naik
dengan melihat para nabi berada di langit- langit [yang seperti riwayat pertama
atau kedua], kemudian ketika beliau turun maka beliau melihat mereka berada di
langit-langit yang berbeda [yang seperti riwayat pertama atau kedua].
Hikmah mengapa Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama hanya melihat nabi-nabi tertentu yang telah
disebutkan di atas adalah karena untuk memberikan isyarat atau petunjuk bahwa
pengalaman yang Rasulullah alami dalam malam isrok dan mikroj adalah seperti masing-masing
pengalaman yang mereka alami, seperti pengalaman keluarnya Rasulullah dari
Mekah adalah sendirian dan akan kembali ke sana bersama bala tentara yang
banyak sebagaimana pengalaman ini dialami juga oleh Nabi Adam, yaitu ia keluar
dari surga dengan keadaan sendiri dan nanti akan kembali ke sana dengan bala
tentara banyak yang tidak terhitung, dan seperti pengalaman Rasulullah dimusuhi
oleh keluarganya di awal permulaan Islam sebagaimana pengalaman ini juga
dialami Nabi Isa dan Yahya yang dimusuhi oleh kaum Yahudi, kemudian keluarga
Rasulullah berbalik mencintai beliau sebagaimana kaum Yahudi berbalik mencintai
Nabi Harun, dan seperti pengalaman Rasulullah menangani persoalan kaumnya
sebagaimana pengalaman Nabi Musa yang juga menangani persoalan kaumnya, dan seperti
pengalaman Rasulullah yang menguasai Mekah
dan Ka’bah sebagaimana pengalaman ini juga dialami oleh Nabi Ibrahim.
Setelah Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama [dan Jibril] melewati langit ketujuh maka dibukakan baginya
sidrotul muntaha sehingga
beliau melihatnya.
Menurut riwayat di atas, sidrotul
muntaha berada di langit ketujuh. Ada yang mengatakan ia berada di langit
keenam.
Rasulullah melihat sungai Nil,
Farot, Saihan, dan Jaihan. Kemudian Rasulullah melewati sidrotul muntaha dan
sampai ke mustawa. Disana beliau mendengar suara pena. Beliau mendengar suara
gesekan pena dengan kedua telinganya tetapi tidak ada yang mengetahui kaifiah
atau keadaan pena dan bagaimana cara ia menulis kecuali hanya Allah. Kemudian
Jibril berhenti dan tidak ikut mengantar Rasulullah. Kemudian Rasulullah
masuk terliputi di dalam cahaya. Setelah itu beliau membuka 70.000 tabir cahaya
yang masing-masing tabir itu berjarak sejauh perjalanan 500 tahun.
Dalam satu riwayat disebutkan
bahwa ketika Jibril berhenti dan tidak ikut mengantar, Rasulullah bertanya,
“Mengapa kamu tidak mengantarkanku ke tempat
itu (sidrotul muntaha)?
Apakah
kekasih (Jibril) akan
meninggalkan kekasihnya
(Rasulullah)?” Jibril menjawab, “Sampai sinilah aku bisa mengantarmu. Andaikan
aku melewati tempat itu maka cahayanya akan membakarku.” Rasulullah berkata,
“Apakah kamu punya permintaan kepada Allah?” Jibril menjawab, “Mintalah kepada
Allah agar mengizinkan aku untuk membentangkan
sayapku di atas shirot demi umatmu agar mereka dapat melewatinya!” Kemudian
ketika Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama telah berada di maqom khitob
(tingkatan Rasulullah berdialog dengan Allah) maka Allah bertanya kepadanya,
“Apa yang dinginkan Jibril? Hai Muhammad!” Rasulullah menjawab, “Engkau adalah
Dzat yang lebih tahu.” Allah berkata, “Sesungguhnya Aku telah
mengabulkan keinginan Jibril, orang yang
kamu cintai, dan para sahabatmu.”
Setelah Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama membuka tabir cahaya maka dibentangkan permadani hijau.
Kemudian Rasulullah naik hingga sampai ke tempat yang berada di bawah Arsy. Di
maqom ini, Rasulullah melihat Allah dengan bentuk melihat yang berhak dan patut
bagi Allah Yang Maha Suci [dari menyamai para makhluk]. Rasulullah melihat
Allah dengan kedua matanya yang telah diberi kekuatan oleh Allah.
Pendapat yang ashoh mengatakan
bahwa Rasulullah melihat Allah dengan kedua mata kepalanya secara langsung.
Pendapat ini diunggulkan oleh para pembesar ulama.
Ada yang mengatakan bahwa
Rasulullah melihat dengan kedua mata hatinya saja, maksudnya Allah telah
menciptakan dua mata di dalam hati Rasulullah seperti dua mata yang ada
dikepalanya. Lalu dengan dua mata hati itu, Rasulullah dapat melihat Allah
tanpa terhalang oleh tubuh dan pakaian. Berdasarkan pendapat ini, maka yang
dimaksud melihat dengan hati bukanlah hudhur atau syuhud (terbukanya hati dari
tabir-tabir hingga dapat melihat malukut as-samaawaat) dan bukan fokus hati
jauh dari selain Allah, karena keadaan hudhur dan syuhud sudah pasti dimiliki
Rasulullah, bahkan sebagian para wali juga memilikinya. Aisyah dan Ibnu Mas’ud
membantah kalau Rasulullah melihat Allah dengan mata kepadalnya sampai Aisyah
berkata, “Barang siapa menganggap kalau Muhammad telah melihat Tuhannya maka
sesungguhnya ia telah berbohong.” Aisyah berkata kepada orang yang bertanya
kepadanya tentang Rasulullah melihat Tuhannya dengan
penglihatan mata, “Sesungguhnya bulu tubuhku berdiri sebab
kaget karena mendengar perkataan (pertanyaan) yang tidak
semestinya.dikatakan.”
Pendapat mauquf (tidak terjawab) mengenai penglihatan
Rasulullah kepada Allah telah diunggulkan. Pendapat ini dinisbatkan kepada
segolongan ulama muhakikin.
Kemudian Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama jatuh bersujud dengan
sujud penghormatan, memuliakan, dan bersyukur atas kenikmatan
dipanggil oleh Allah secara langsung. Sujud yang dilakukan Rasulullah adalah
sujud yang tidak membutuhkan niat dan salam. Dalam sujud, Rasulullah saling berdialog
dengan Allah. Rasulullah berkata, “Saya sambut panggilan-Mu! Ya Tuhanku!”
Allah berkata, “Mintalah kepada-Ku niscaya Aku akan memberimu.” Rasulullah
berkata, “Sesungguhnya Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai al-kholil, dan
Engkau telah berfirman kepada Musa, dan Engkau telah memberi Daud istana
kerajaan yang besar, kemampuan meluluhkan besi dengan izin-Mu, dan menjadikan
gunung-gunung bersujud kepadanya, dan Engkau telah memberi Sulaiman istana
kerajaan yang besar, menjadikan para manusia, jin, dan setan tunduk
kepadanya, menjadikan angin mematuhinya,
dan memberikan kekuasaan yang tidak diperoleh oleh makhluk setelahnya, dan
Engkau telah bawaan lahir, dan yang berpenyakit lepra, mampu menghidupkan
orang- orang mati dengan izin-Mu, dan telah melindunginya dan ibunya dari setan
yang terkutuk sehingga tidak ada bagi setan kesempatan untuk menggoda mereka.”
Allah subhaanahu wa ta’aala
berkata, “Sesungguhnya aku telah menjadikanmu kekasih (habib). Aku telah
mengutusmu kepada seluruh makhluk sebagai pemberi kabar gembira berupa pahala
dan kabar menakut-nakuti berupa siksaan. Aku telah melapangkan hatimu. Aku
telah mengampuni dosamu. Aku telah mengangkat sebutan namamu [maskudnya Aku
tidak akan menyebutkan Nama-Ku kecuali dengan menyertakan sebutan
namamu]. Aku telah menjadikan umatmu sebagai yang terbaik. Aku telah
menjadikan umatmu sebagai umat yang pertama kali saat dibangkitkan dari kubur,
penghitungan amal, melewati jembatan atau sirot, dan masuk ke dalam surga. Aku
telah menjadikan umatmu sebagai orang- orang yang terakhir diwujudkan. Aku
menjadikan umatmu tidak boleh berkhutbah kecuali mereka bersaksi bahwa
sesungguhnya kamu adalah hamba-Ku dan utusan-Ku. Aku menjadikan sebagian umatmu
sebagai orang yang hafal al-Quran di hati mereka. Aku telah menjadikanmu sebagai
nabi yang pertama kali diciptakan dan yang paling akhir dibangkitkan. Aku
menjadikanmu sebagai orang yang pertama kali memberikan keputusan kepada mereka
di Hari Kiamat. Aku memberimu sab’atul matsani (al-Fatihah) yang belum pernah
Aku berikan kepada nabi sebelummu. Aku telah memberimu akhir Surat al-Baqoroh
yang berasal dari gedung bawah Arsy yang belum pernah Aku berikan kepada nabi
sebelummu. Aku telah memberimu telaga Kautsar. Aku telah memberimu 8 (delapan)
harta, yaitu Islam, Hijrah, Jihad, Shodaqoh, Sholat, Puasa
Ramadhan, dan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar. Aku telah menjadikanmu sebagai pembuka segala kebaikan dan penutup para
nabi. Aku telah memberikanmu bendera pujian (Liwaul Hambdi) yang mana Adam dan
seluruh keturunannya akan berada di bawah benderamu. Sesungguhnya pada hari Aku
menciptakan langit-langit dan bumi telah mewajibkanmu dan umatmu melaksanakan
sholat 50 kali di setiap hari dan malam. Oleh karena itu kamu
dan umatmu harus melaksanakannya.”
Kemudian Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama meminta keringan kepada Allah dengan perintah dari Nabi Musa
‘alaihi as-salam untuk kembali ke maqom munajat atau berdialog dengan Allah
setelah Rasulullah kembali ke tempat Nabi Musa berada. Dengan demikan
Rasulullah bolak-balik antara tempat Nabi Musa berada dan maqom khitob atau
munajat. Setiap kembali ke maqom khitob, Allah mengurangi 5 dari 50 sholatan
hingga akhirnya Allah berkata, “Hai Muhammad! Labbaika wa Sa’daika! 5 kali
sholat adalah untuk dilakukan di setiap hari dan malam [yang setiap dari 5
sholat akan dilipat gandakan menjadi 10 kali]. Firman-Ku tidak akan pernah
tergantikan. Kitab- Ku tidak akan pernah tersalin. Barang siapa menyengaja
melakukan kebaikan, kemudian ia belum melakukannya, maka Aku menulis baginya
satu kebaikan dan apabila ia melakukannya maka Aku menulis baginya 10 kebaikan.
Barang siapa menyengaja melakukan keburukan, kemudian ia belum melakukannya
maka Aku tidak akan menulis kesalahan untuknya, kemudian apabila ia
melakukannya maka Aku menulis satu kesalahan baginya.”
Setelah itu, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama kembali ke tempat dimana beliau tidur dan
keadaan hangat tempat beliau tidur belum hilang.
Sumber : Kitab
Nuruzh Zhalam Syarah Aqidatul Awam
0 comments:
Posting Komentar