Banyak ulama nusantara yang karyanya dikaji di Timur Tengah, salah satunya Al-'Aalim Al-'Allaamah Ash-Shufi Asy-Syaikh Muhammad Ihsan bin Muhammad Dahlan al-Jampasi al-Kadiri al-Jawi asy-Syafi'i atau dikenal Syeikh Ihsan Jampes.
Syeikh Ihsan Jampes lahir pada 1901 M dengan nama asli Bakri dari pasangan KH Dahlan dan Nyai Artimah. Ayah Syeikh Ihsan Jampes adalah ulama terkemuka pada zamannya yang merintis Pondok Pesantren Jampes pada tahun 1886 M. Dan merupakan putra KH Saleh seorang kiai dari Jawa Barat yang leluhurnya masih memiliki nasab ke Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Sedangkan Ibu Syeikh Ihsan Jampes Nyai Artimah adalah putri KH Sholeh Banjarmelati Kediri.
Orang tua Syeikh Ihsan Jampes bercerai saat ia berumur 6 tahun. Kemudian ia tinggal di pesantren milik ayahnya dan diasuh oleh neneknya yang bernama Nyai Isti’anah. Sejak kecil Syeikh Ihsan Jampes tergolong anak yang cerdas dan tekun membaca buku, kitab, koran dan majalah selain mempunyai hobi menonton wayang.
Syeikh Ihsan Jampes kemudian melanglangbuana untuk mencari ilmu ke Pesantren Bendo, Pare, Kediri asuhan KH Khozin yang merupakan pamannya. Kemudian pindah ke Pesantren Jamseran Solo, lalu ke Pesantren asuhan KH Dahlan Semarang dan Pesantren Mangkang Semarang. Syeikh Ihsan Jampes kemudian ke Nganjuk Pesantren Gondanglegi sebelum berguru kepada KH Kholil Bangkalan di Madura.
Syeikh Ihsan Jampes tidak pernah lama menetap di satu pesantren. Seperti di KH Kholil Bangkalan, ia hanya 2 bulan untuk ngaji Alfiyah. Demikian juga di KH Dahlan Semarang ngaji ilmu falak hanya 20 hari. Di Pesantren Jamseran Solo Syeikh Ihsan Jampes mukim hanya 1 bulan. Meski demikian Syeikh Ihsan Jampes selalu berhasil menyerap ilmu yang diajarkan oleh gurunya.
Tidak pernah mukim lama salah satu sebabnya adalah Syeikh Ihsan Jampes tidak pernah mau diketahui bahwa dirinya seorang putra kiai besar dari Kediri. Setiap kali teman-temannya mengetahui bahwa ia seorang gus atau putra kiai besar, Syeikh Ihsan Jampes menghilang dan berpindah ke pesantren lain.
Pada tahun 1926 Syeikh Ihsan Jampes menunaikan haji, sejak inilah nama kecilnnya Bakri diganti menjadi Ihsan. Dua tahun setelahnya sang ayah, KH Dahlan wafat dan kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh adik KH Dahlan yakni KH Kholil. Pada tahun 1932 dengan suka rela, pesantren diberikan kepada Syeikh Ihsan Jampes.
Ada banyak perkembangan signifikan pesantren saat diasuh oleh Syeikh Ihsan Jampes. Santri menjadi semakin banyak dan pesantren diperbesar. Kegiatan pembelajaran di pesantren menjadi lebih terjadwal dengan rapi. Hingga pada tahun 1942 Syeikh Ihsan Jampes mendirikan Madrasah Mafatihul Huda.
Pada masa revolusi 1445, Syeikh Ihsan Jampes memiliki peran yang krusial. Pesantren Syeikh Ihsan Jampes menjadi tempat transit para pejuang sekaligus meminta doa. Bahkan Syeikh Ihsan Jampes turut mengirim santrinya untuk ikut berperang melawan penjajah.
Senin 25 Dzul-Hijjah 1371 H atau September 1952 Syeikh Ihsan Jampes wafat pada usia 51 tahun. Beberapa karya Syeikh Ihsan Jampes anatara lain Tashrih al-Ibarat (syarah dari kitab Natijat al-Miqat karya KH Ahmad Dahlan Semarang) dan Siraj ath Thalibin (syarah dari kitab Minhaj al-Abidin karya Imam Ghazali).
-------
Sumber : NU Jatim Online
-------
0 comments:
Posting Komentar